Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling Di Sekolah

Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Ini adalah contoh dari Makalah BK di Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit., diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis ingin melihat sejauh mana pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara nyata dengan mengobservasi salah satu sekolah dan bagaimana kenyataan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.


1.2.  Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.       Mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan
b.      Mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah
c.       Mengetahui landasan umum bimbingan dan konseling


1.3.  Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini agar penulis serta pembaca dapat mengetahui dan memahami bimbingan dan konseling dalam pendidikan


BAB II PEMBAHASAAN

2.1.  Urgensi Bimbingan Dan Konseling
Dasar pemikiran penyelengaraan bimbingan dan konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkutbaspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli yang merupakan seorang individu, adalah seseorang yang sedang berada dalam proses berkembang, yakni berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Guna mencapai kematangan tersebut , konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Selain itu, ada sebuah keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupunsosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup ( life style) warga masyarakat.Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan,maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinyastagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku.
2.2.   Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Pelayanan bimbingan dan konseling bisa dilakukan dalam setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi dan lain sebagainya. Berbagai macam perilaku peserta didik pada saat sekarang ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, penyimpangan seksual, rusaknya moral, pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal ujian nasional (UN) dan sebagainya. Hal ini mengidentifikasikan perlu adanya upaya pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.
Mengapa Disebut Bimbingan Dan Konseling di Pendidikan?
Beberapa alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ini cepat menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Disatu sisi, perkembangan IPTEK membawa dampak pada masalah hubungan social, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
Berbagai problem yang kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK seperti disebutkan di atas, juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan seperti dikemukakan di atas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah (termasuk madrasah) bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya, melalui kegiatan pembelajaran didalam kelas, sekolah belum cukup menyiapkan peserta didik untuk terjun ke masyarakat secara berhasil.peserta didik hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.




2.3.   Makna Dan Fungsi Pendidikan
Kebutuhan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan dengan pandangan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pendidikan merupakan upaya mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup disekolah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani kea rah terbentuknya kepribadian utama (berkualitas). Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
2.4.   Tugas Dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tangung jawab seorang guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun psikis dan mengenal, memahami tingkat perkembangan peserta didiknya yang meliputi kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mentalnya, dan lain sebagainya. Perlakuan bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar memahami seluruh aspek kepribadian peserta didiknya.
Berkenaan dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran, guru hendaknya senantiasa berusaha menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Untuk itu guru harus mampu:
a.       Mengenal dan memahami sikap setiap siswa baik sebagai individu maupun kelompok
b.      Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
c.       Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
d.      Membantu (membimbing) setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
e.       Menilai keberhasilan siswa.

2.5.   Faktor Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa merupakan pribadi-pribadi dan berada dalam proses perkembangan siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi perubahan perilaku sebagai akibat hasil proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di luar sekolah yaitu:
a.         Masalah perkembangan individu
Siswa yang dibimbing merupakn individu yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah. Asuhan guna mencapai tingkat perkembangan yang optimal bias dilakukan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu didalm memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.


b. Masalah perbedaan individu
Tidak ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribdinya. Individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah dan dimadrasah masalah perbedaan individu (siswa) tanpak dengan jelas seperti adanya siswa yang pintar atau yang cerdas, cepat dan lambat dalam dalam belajar, berbakat, kreatif, dan lain sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan kepada para siswa, terutama yang menyangkut bahan ajar, metode, media, evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bias menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.

c. Masalah kebutuhan individu
Selain berada dalam hal perkembangannya, siswa disekolah atau madrasah juga berbeda dalam kebutuhannya. Tingkahlaku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul prilaku tertentu dari individu. Apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya ia akn merasa puas, sebaliknya apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

d. Masalah penyesuaian diri
Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik disekolah, dirumah, maupun ditengah-tengah masyarakat. Apabila individu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan timbul banyak masalah. Demikian juga halnya siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri ecara cepat dn baik dengan lingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi seperti itu, sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat menyesuaikan diri secara baik.

e. Masalah belajar
Kegiatan belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara keseluruhan disekolah dan dimadrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang tepat, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, memilih mata pelajaran yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan konsentrasi, mudah lupa, mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.
2.6.  Masalah-Masalah Siswa

Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatsi berbagai masalah yang dihadapinya.

Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa disekolah dan madrasah shingga memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling adalah:

1.      Masalah-masalah pribadi
2.      Masalah belajar (masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran)
3.      Masalah pendidikan
4.      Masalah karier atau pekerjaan
5.      Penggunaan waktu senggang
6.      Masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya

2.7.  Peran Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan komponen utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan kepada masa depan bangsa, baik itu baik taupun buruk, itu ditentukan oleh pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan bangsa, masa depan bangsa yang cerah bukan lagi hanya sekedar impian belaka, tapi sudah menjadi kepastian yang akan terwujud.
Seperti yang kita pahami bersama bahwa pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui taranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori, taupun hal-hal yang bersifat kognitif saja tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk pencapaian cita-cita dan harapan yang dimilikinya.
Kemampuan diatas tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Dari sana kita dapat melihat bahwa pendidiakn yang bermutu adalah pendidiakn yang mengahntarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapakn dalam kondisi perkembnagan diri yang sehat dan optimal.
 Didalam keseluruhan proses pendidikan setidaknya ada 3 (tiga) komponen pokok yang paling menunjang dan harus dilaksanakan dalam pendidikan yaitu: program yang baik, administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang terarah. Dari sini jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang cukup penting didalam proses pendidikan.
Sebagai salah satu komponen penunjang pendidikan, bimbingan dan konseling mempunyai posisi kunci didalam kemajuan atau kemunduran pendidikan. Mutu pendidikan ikut ditentukan oleh bagaimana bimbingan dan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan fungsinya dalam pendidikan, khususnya institusi sekolah.
Peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,  tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Dengan bantuan bimbingan dan konseling maka pendidikan yang tercipta tidak hanya akan menciptakan manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam kepribaian dan hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem nilai yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehinga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta memiliki niali-nilai yang dapatdijadiakn pegangan.
Jadi, dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling didalam meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaiaman bimbingan dan konseling itu membangun manusai yang seutuhnya dari dberbagai aspek yang ada didadalam diri peserta didik. Karena seperti diawal telah dijelaskan bahwa pendidikan yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga harus meningaktkan profesionalitas dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran BK dalam keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan

2.8.  Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Bila tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yan utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah – masalah atau hal – hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru.siswa Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
1.      Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalahb efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2.      Mengembangkan wawsan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar mengajar.
3.      Mengembangkan sikap yang lebih positif agar pross belajar siswa lebih efektif.
4.      Mengatasi masalah – masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang penting dalam kegiatan pndidikan.
2.9.  Tujuan Bimbingan Di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa – siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum, dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
1.      Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehinnga memproleh prestasi belajar yang tinggi.
2.      Mengatasi terjadinya kebiasaan – kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
3.      Mengatasi kesulitan – kesulitan yang berkaitan denagn kesehatan jasmani
4.      Mengatasi kesulitan – kesulitan yang barkaitan dengan klanjutan studi
5.      Mengatasib kesulitan – kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat



2.10.        Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
Pertanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi sebagai berikut:
1.      Hasil belajar rendah, di bawah rata – rata kelas
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya
3.      Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas – tugas.
4.      Menunjukan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memeberikan layanan sebagai berikut:
1.      Bimbingan belajar
2.      Bimbingan sosial
3.      Bimbingan dalam mengatasi masalah – masalah pribadi

2.11.    Bimbingan Balajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah – masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Bimbingan ini meliputi:
1.      Cara belajar, baik secara kelompok maupun individual
2.      Cara bagaimana mrencanakan waktu dan kegiatan belajar
3.      Efesiensi dalam menggunakan buku – buku pelajaraan
4.      Cara mengatasi kesulitan – kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5.      Cara, proses dan prosedur tentang mengikti pelejaraan




2.12.   Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan – kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi, bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk:
1.      Memperoleh kelompok beljar dan bermain yang sesuai
2.      Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
3.      Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memechakan masalah tertentu

2.13.   Bimbingan Dalam Mengatasi Masalah – Masalah Pribadi
Bimbingan dimaksudkan membantu siswa dalam mengatasi masalah – maslah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Ada beberapa masalh pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain:
1.      Perkembangan intelektual dengan mosinya
2.      Bakat dengan aspirasi lingkungannya
3.      Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
4.      Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
5.      Situasi sekolah dengan situasi lingkungannya

2.14.   Landasan Umum Bimbingan Dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu di dasarkan atas landasan – landasan utama dan prinsip –prinsip dasar. Menurut Winkel, landasan – landasan itu sebagai berikut :
1.      Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk brkembang
2.      Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing – masing individu
3.      Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatn antara bimbingan dengan yang dibimbing
4.      Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusi yang mempunyai hak – hak asasi
5.      Bimbingan adalah suatu kgiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang – bidang ilmu yang berkaitan degan pemberian bantuan psikologis
6.      Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermaslah saja
7.      Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, kesinambungan, berurutandan mengikuti tahap –tahap perkembangan anak

2.15.   Prinsip – Prinsip Operasional-Umum Bimbingan Dan Konseling
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip – prinsip ini antara lain:
1.      Karena bimbingan ini berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu
2.      Perlu dikenal dan dipahami perbdaan individual daripaada bimbingan individu – individu
3.      Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan – kesulitnnya

2.16.        Prinsip – Prinsip Yang Berhubungan Dengan Individu Yang Dibimbing ( Siswa )
1.      Program bimbingan harus brpusat pada siswa
2.      Pelayanan bimbingan harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas
3.      Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan ole individu yang dibimbing
4.      Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur – angsur dapat membimbing dirinya sendiri

2.17.        Prinsip – Prinsip Khusus Yang Berhubungan Dengan Individu – Individu Yang Memberikan Bimbingan
Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih atas dasar – dasar tertentu.

2.18.   Orientasi Layanan Bimbingan Dan Konseling

1.    Orientasi individual
Pada hakikatnya setiap individu itu memepunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat – sifat kepribadian yang dimiliki dan lain sebagainya. Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini mempengaruhi cara berfikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalh dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2.    Orientasi perkembangan
Masing – masing individu berada pada usia perkembangan. Setiap usaha perkembangan yang bersangkutan mampu mewujudkan tugas – tugas perkembangan itu. Sebagai contoh yang dikemukakan tugas – tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh Hurlock antara lain:
a.       Mampu mengadakan hubungan –hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki – laki maupun perempuan.
b.      Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki – laki atau perempuan
c.       Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
3.    Orientasi masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang dihadapai oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah – masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh kliennya.
Menurut ibu Harnawati ada 12 masalah yang harus dilayani oleh guru bimbingan dan konseling sebagai konselor adalah antara lain:
a.       Pembimbing/ konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti kekurangan – kekurangannya dari prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan klien.
b.      Pembimbing/ konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat rendah hati, sederhana, sabar, tertib, dan percaya pada paham hidup sendiri
c.       Pembimbing/ konselor terbuka tehadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam hubungannya degan kententuan-kententuan timgkahn laku profesional seagaimana dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.

2.19.   Contoh Studi  Kasus dalam Bimbingan dan Konseling
Santi(bukan nama sebenarnya) adalah siswa kwlas 1 SMU Favorit di Surabaya yang baru naik kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang sosio-ekonomi dari desa pedalaman +17km diluar kota Surabaya, sebagai anak pertama semula orangnya keberatan tamat SLTP anakanya melanjutkan ke SMU di Surabaya,orangtuanya berharap agar anaknya tidak perlu susah-susah melanjutkan sekolahnya ke kota,tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat mengambil STTB dengan berat merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya Karena Santi terbilang cerdas di antara teman-temannya sehingga wajar jika bisa diterima di SMU Favorit. Disatu pihak Santi bangga sebagai anak desa bisa diterima namaun disisi lain ia mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang berbeda dengan latar belakang santi. Akhirnya lama-lama ia menjadi abak yang minder,pemalu serta ragu bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilai makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat,sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

2.20.   Memahami Santi dalam Prespektif Rasional Emotif
Menurut pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat rasional ataupun tidak rasional. Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional atau irasonal. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-dorongan yang kuat untuk mempertahakan diri dan memuasakan diri sekalipun irasional.
Sehubungan dengan kasus santi,sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional, ia telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya,semua teman memperhatikan/mendukung, peduli dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menginsolir diri sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya sendiri secara realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya, ia menjadfi minder , pemalu penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.

2.21.   Tujuan Dan Teknik Konseling
Jika pemikiran Santi yang tidak logis/realistis (tentang konsep dirinya dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu dioerangi maka dia akan mengubahanya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional santi yang melatarbelakangi kekuatan/kecemasan yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikap terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa otoritatif : memanggil santi,mengajak berdiskusi langsung untuk  mendorong beranjak dari pola piker irasional ke rasional/logis.
Konseling kognitif :untuk menunjukan bhawa santi harus membokar pola piker irasional tentang konsep harga diri yang salah,sikap terhadap sesame teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses.
Konseling emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Santi dengan menggunkan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh,bermain peran,dan pelepasan beban agar santi melepas pemikiran dan perasaan yang tidak rasional dan menggantikan dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik kognitif.
Dari uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa teori yang menggunakan ini memakia nasehat yang ditandai dengan memecahkan masalah dengan intelektual dan keyakinan(konselor). Tekniknya jelas,teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri yang membawa kehancuran kepada dirinya sendiri. Tetapi keyakinan dan kesadaran kepada diri sendiri hal-hal yang yang lebih positif dan realistic. Terapis mengajarkan klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektis dengan pertimbangan :
1.      Ekonomis, dari segi waktu baik bagi konselor maupun bagi konseli
2.      Efektivitas teknik-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli
3.      Kesegaran hasil yang dicapai
4.      Kedalaman dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri kalah.

2.22.   Bimbingan Konseling dalam Jalur Pendiidkan Formal
Perkembangan Pendidikan Formal
Perkembangan pendidikan formal dinegara kuta dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya perubahan kurikulum dan perubahan peraturan dan perndangan-undangan. Perubahan-perubahan itu berdampak pula pada layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.
Berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku saat ini (di antaranya , UU sistem pendidikan nasional No 20/2003 Permendiknas No 23/2006 ,dll) telah dikaji sedemikian rupa dalam rangka menjawab perkembangan pendidikan dan melakukan penataan konselor sebagai profesi dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Dari setiap isi dan penjelasan peraturan dan perundang-undnagan yang berlaku tidak menjelaskan secara jelas dan tegas tentang keunikan konteks tugas,eskprementasi kinerja, dan setting layanan konselor dalam jalur pendidikan formal.
Sementara itu dalam Permendiknas nomor 22/2006 tentang standar isi pendidikan ditemukan adanya komponen pengembangan diri dan itu dikaitkan dengan “konseling” itu bisa ditafsirkan bahwa konselor harus menyampaikan materi pengembangan diri melalui layanan bimbingan konseling serta dipertanggung jawabkan melalui penilaian pada tiap akhir penyampaian kegiatan,sehingga berdampak menyamakan ekspektasi konselor dengan eskpektasi kinerja guru yang menggunakan materi pembelajaran sebagai konteks layanan. Sehingga menuntut konselor untuk melakukan tugas-tugas dengan pendekatan dan caraseperti yang dilakukan guru,padahal basis kinerja guru adalah pembelajaran bidang studi.
Untuk itulah perlu adanya penataan yang lebih jelas bimbingan dan konseling sebagai layanan yang unik dalam setting pendidikan dan konselor sebagai profesi. Penataan ini pun perlu dilakuakan secara menyeluruh tidak hanya menyentuh persoalan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dasar,tapi menyentuh setiap jenjang, satuan dan jalur pendidikan. Bahkan perlu penataan pada LPTK yang menyelenggarakan jurusan atau program psikologi pendidikan dan bimbingan.

2.23.   Setting Layanan Konselor
Setting layanan konselor dapat dilakukan pada jalur pendidikan informal,formal dan nonformal. Penegasan peranan konselor dalam setting pendidikan formal ini bukan bermaksud untuk melakukan dikotomi dan isolatif antar konselor dengan guru tapi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.



2.24.   Wilayah Layanan Bimbingan dan Konseling
Wilayah layanan adalah wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan. Layanan yang memberikan tidak berbasis pada materi pelajaran atau bidang studi tetapi memiliki layanan yang unik berbeda dengan profesi guru. Konselor melayani konseli normal dan sehat menggunakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, sesuai dengan tuntutan dan realisasi diri konselu melalui memfasilitasi perkembangan kapastiasnya secara maksimal.

2.25.   Ekspektasi Kinerja Konselor
1.       Memiliki tingkat filosofi yang khas yang dibangunnya sendiri berdasarkan apa yang ia ketahui dari hasil penelitian dan pendapat dari ahli lain.
2.       Selalu digerakkan oleh motif altruistic dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna layanan, yang dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak layanannya itu terhadap pengguna layanan sehingga pengampu layanan ahli itu juga dinamakan “The safety practitioner”.

2.26.   Eksistensi Program Bimbingan Dan Konselor Pada Pendidikan Formal SMP/MTs
Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP sudah diakui keberadaanya, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Mendiknas No.22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar  dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No.23 tentang Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan pengaturan tersebut pemerintahan mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No.24 tahun 2006.
Dari ketiga peraturan tersebut memuat hal-hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP . di dalam KTSP , struktur kuikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu;
1.    Mata Pelajaran
2.    Muatan Lokal
3.    Pengembangan Diri
Dalam komponen Pengembangan Diri sebagaimana dalam KTSP merupakan wilayah komplementer antara guru dan antelor. Eksistensi program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP usdah cukup berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan sudah berjalannya layanan-layanan pada bimbingan dan konseling.
Mengingat para pesesrta didik di SMP sebagian besar adalah remaja awal yang memliki karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Adapun tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP tersebut adalah sebagai berikut antara lain:
1.      Tugas Perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa meliputi topic-topik;
·           Memahami secara lebih luas dan mendalam,  meyakini dan menjalankan kaidah-kaidah agama yang dianutnya (Bimbingan Pribadi).
·           Memahami, menjalankan, hubunga social berdasarkan kaidah-kaidah agama yang dianut (Bimbingan Sosial).
·           Memahami dan mewujudkan kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama (Bimbingan belajar).
·           Memahami dan menjalankan kaidah-kaidah agama dalam pengarahan diri untuk pengembangan karier.

2.      Tugas Perkembangan mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri untuk kehidupan yang sehat, meliputi topic-topik;
·      Memahami dan menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri (Bimbingan Pribadi ).
·       Memahami dan menjalankan pola hidup sehat (Bimbingan Pribadi).
·      Memahami bahwa perubahan fisik dan psikis mempengaruhi hubunga social serta bersikap empati kepada orang lain yang sedang mengalami prubahan fisik dan psikis (Bimbingan Sosial).
·      Memahami pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar serta mampu mengatasi kesulitan yang terjadi akibat perubhaan fisik dan psikis dalam kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
·      Memahami bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karier serta mengembnagkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karier (Bimbingan Karier).
3.      Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
·      Memahami, menerima dan menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Pribadi)
·      Mampu menjalin hubungan social dengan teman sebaya sesuai perannya sebagai pria atau wanita (Bimbingan Pribadi)
·      Mewujudkan pengaruh positif dan menghindar pengaruh yang negative dari hubungan teman sebaya terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
·      Memanfaatkan hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karier dan memahami bahwa priadan wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan mengembangkan karier.
4.      Tugas perkembangan; memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang lebih luas.
·      Memahami dan  menjalankan nilai dan cara bertingkah laku pribadi dalam kehidupan di luar kelompok sebaya (Bimbingan Pribadi)
·      Mmemahami dan mampu menerapkan nilai-nilai dan cara berprilaku social dalam kehidupan di luar kelompok sebaya (Bimbingan Sosial)
·      Memahami pengaruh hubungan dalam kehidupan social yang lebih luas terhadap kegiatan belajar serta mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negative dari hubungan dalam kehidupan social yang lebih luas terhadap kegiatan belajar.

5.      Mengenal bakat,minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
·         Memahami kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki dan arah kecenderungan karier sesuai dengan bakat dan minat (Bimbingan Pribadi)
·         Mengenal aspek-aspek social terhadap kemauan, bakat dan minat (BimbinganSosial)
·         Memahami aspek-aspek social dalam pengembangan karier dan dalam apresiasi seni (Bimbingan Sosial)
·         Memahami pengaruh positif kemampuan, bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar  (Bimbingan Belajar)
·         Memahami pengaruh kemampuan, bakat dan minat terhadap karier (Bimbingan Karier)
·         Mampu mengarahkan kecendderungan karier sendiri sesuai dengan kemampuan , bakat dan minat (Bimbingan Karier)
·         Mampu mengapresiasi berbagai jenis karier dalam bidang seni (Bimbingan Karier)



BAB III PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Kebutuhan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan dengan pandangan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa pendidikan merupakan upaya mencapai perwujudan manusia secara keseluruhan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup disekolah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan rohani kea rah terbentuknya kepribadian utama (berkualitas). Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara optimal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA

Wardati dan Jauhar Muhammad. 2011. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN.
Yusuf Syamsu dan Nurihsan Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

No comments:

Post a Comment