Contoh Makalah Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, Ini adalah contoh dari Makalah BK di Sekolah.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dasar pemikiran penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada
ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari
atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta
didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik,
emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu
yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming),
yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan
tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa
proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas
dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan
dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai
yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas
dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat
pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat
mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit., diprediksi, atau di luar jangkauan
kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli,
seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi
atau penyimpangan perilaku. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang
tidak diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan
memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar
kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan
konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang
perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan pembahasan diatas
maka penulis ingin melihat sejauh mana pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah secara nyata dengan mengobservasi salah satu sekolah dan bagaimana
kenyataan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
1.2. Tujuan
penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Mengetahui
peran bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan
b. Mengetahui
peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah
c. Mengetahui
landasan umum bimbingan dan konseling
1.3. Manfaat penulisan
Manfaat
penulisan makalah ini agar penulis serta pembaca dapat mengetahui dan memahami
bimbingan dan konseling dalam pendidikan
BAB
II PEMBAHASAAN
2.1. Urgensi Bimbingan Dan Konseling
Dasar pemikiran penyelengaraan bimbingan
dan konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya
disebut konseling, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya (menyangkutbaspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral-spiritual).
Konseli yang merupakan seorang
individu, adalah seseorang yang sedang berada dalam proses berkembang, yakni
berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Guna mencapai kematangan
tersebut , konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya. Selain itu, ada sebuah keniscayaan bahwa proses
perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari
masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam
alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut. Perkembangan konseli tidak lepas
dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupunsosial. Sifat yang melekat
pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (
life style) warga masyarakat.Apabila perubahan yang terjadi itu sulit
diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan,maka akan melahirkan kesenjangan
perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinyastagnasi (kemandegan)
perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku.
2.2. Implementasi
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Pelayanan
bimbingan dan konseling bisa dilakukan dalam setting lembaga pendidikan
(sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi dan lain sebagainya.
Berbagai macam perilaku peserta didik pada saat sekarang ini seperti tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, penyimpangan seksual, rusaknya moral,
pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal ujian
nasional (UN) dan sebagainya. Hal ini mengidentifikasikan perlu adanya upaya
pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah
tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang
dilakukan di luar situasi proses pembelajaran.
Mengapa
Disebut Bimbingan Dan Konseling di Pendidikan?
Beberapa
alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam dunia
pendidikan terutama dalam lingkup sekolah adalah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ini cepat menimbulkan perubahan-perubahan
dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
lain sebagainya. Disatu sisi, perkembangan IPTEK membawa dampak pada masalah
hubungan social, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
Berbagai
problem yang kompleks sebagai akibat perkembangan IPTEK seperti disebutkan di
atas, juga berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan
seperti dikemukakan di atas, dan memiliki tanggung jawab untuk membantu para
siswa baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah (termasuk madrasah) bertanggung jawab
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri
di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya,
melalui kegiatan pembelajaran didalam kelas, sekolah belum cukup menyiapkan
peserta didik untuk terjun ke masyarakat secara berhasil.peserta didik
hendaknya dibantu agar apa yang mereka terima dari sekolah dapat menjadi bekal
guna menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu menghadapi
masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan
dan konseling sangat diperlukan.
2.3. Makna Dan Fungsi Pendidikan
Kebutuhan layanan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan
dalam keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan
juga berkaitan dengan pandangan hakikat dan karakteristik peserta didik.
Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita
memandang bahwa pendidikan merupakan upaya mencapai perwujudan manusia secara
keseluruhan.
Pendidikan
pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang
berlangsung seumur hidup disekolah. Pendidikan juga bermakna proses membantu
individu baik jasmani dan rohani kea rah terbentuknya kepribadian utama
(berkualitas). Inti tujuan pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang
optimal dari setiap peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap
kegiatan pendidikan hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang
berkembang optimal sesuai potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan
pribadi yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat
menyeluruh dan meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik
secara pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar
berkembang secara optimal.
2.4. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru
Tugas
dan tangung jawab seorang guru sebagai pendidik adalah mendidik sekaligus
mengajar, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses
pembelajaran tugas utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing.
Guru hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik maupun
psikis dan mengenal, memahami tingkat perkembangan peserta didiknya yang
meliputi kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mentalnya, dan lain
sebagainya. Perlakuan bijaksana akan muncul apabila guru benar-benar memahami
seluruh aspek kepribadian peserta didiknya.
Berkenaan
dengan peran guru sebagai direktur pembelajaran, guru hendaknya senantiasa
berusaha menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Untuk itu guru harus mampu:
a. Mengenal dan memahami sikap setiap
siswa baik sebagai individu maupun kelompok
b. Memberikan berbagai informasi yang
diperlukan dalam proses pembelajaran.
c. Memberikan kesempatan yang memadai
agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
d. Membantu (membimbing) setiap siswa
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
e. Menilai keberhasilan siswa.
2.5. Faktor
Psikologis
Dalam
proses pendidikan di sekolah, siswa merupakan pribadi-pribadi dan berada dalam
proses perkembangan siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi
dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu
dengan yang lainnya. Selain itu, siswa sebagai pelajar, senantiasa terjadi
perubahan perilaku sebagai akibat hasil proses belajar yang telah dilakukan
oleh siswa.
Beberapa
masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya layanan bimbingan dan
konseling di luar sekolah yaitu:
a.
Masalah perkembangan individu
Siswa
yang dibimbing merupakn individu yang sedang berada dalam proses perkembangan
menuju kedewasaan. Agar tercapai perkembangan yang optimal memerlukan asuhan
yang terarah. Asuhan guna mencapai tingkat perkembangan yang optimal bias
dilakukan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan dan
konseling merupakan bantuan individu didalm memperoleh penyesuaian diri sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Masalah perbedaan individu
Tidak
ada dua orang individu yang sama dalam aspek-aspek pribdinya. Individu yang
satu berbeda dengan yang lainnya. Disekolah dan dimadrasah masalah perbedaan
individu (siswa) tanpak dengan jelas seperti adanya siswa yang pintar atau yang
cerdas, cepat dan lambat dalam dalam belajar, berbakat, kreatif, dan lain
sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan
kepada para siswa, terutama yang menyangkut bahan ajar, metode, media,
evaluasi, dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bias
menimbulkan masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.
c. Masalah kebutuhan individu
c. Masalah kebutuhan individu
Selain
berada dalam hal perkembangannya, siswa disekolah atau madrasah juga berbeda
dalam kebutuhannya. Tingkahlaku individu berkaitan dengan upaya pemenuhan
kebutuhannya, artinya dalam rangka memenuhi kebutuhan, akan muncul prilaku
tertentu dari individu. Apabila individu mampu memenuhi kebutuhannya ia akn
merasa puas, sebaliknya apabila ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya akan
menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
d. Masalah penyesuaian diri
d. Masalah penyesuaian diri
Individu
harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungannya baik disekolah, dirumah,
maupun ditengah-tengah masyarakat. Apabila individu tidak mampu menyesuaikan
diri, maka akan timbul banyak masalah. Demikian juga halnya siswa harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah atau madrasah. Tidak semua siswa
mampu menyesuaikan diri ecara cepat dn baik dengan lingkungannya. Selain itu
siswa yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara baik berpeluang untuk
mengalami kegagalan dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Dalam kondisi
seperti itu, sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa
dapat menyesuaikan diri secara baik.
e.
Masalah belajar
Kegiatan
belajar merupakan inti dari kegiatan proses pendidikan secara keseluruhan
disekolah dan dimadrasah. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan pada
persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar yang dihadapi
siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang tepat,
menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, memilih mata pelajaran
yang cocok, memilih study lanjutan, kesulitan konsentrasi, mudah lupa,
mempersiapkan ujian, dan lain sebagainya.
2.6. Masalah-Masalah Siswa
Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kondisi seperti ini, pelayanan bimbingan dan konseling sekolah dan madrasah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatsi berbagai masalah yang dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa disekolah dan madrasah shingga memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling adalah:
1. Masalah-masalah
pribadi
2. Masalah
belajar (masalah-masalah yang menyangkut pembelajaran)
3. Masalah
pendidikan
4. Masalah
karier atau pekerjaan
5. Penggunaan
waktu senggang
6. Masalah-masalah
sosial, dan lain sebagainya
2.7. Peran Bimbingan dan Konseling dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan komponen utama
dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengarahkan
kepada masa depan bangsa, baik itu baik taupun buruk, itu ditentukan oleh
pendidikan kita saat ini. Jika pendidikan saat ini sudah teroptimalkan dan
dimanfaatkan fungsinya secara baik maka kemajuan bangsa, masa depan bangsa yang
cerah bukan lagi hanya sekedar impian belaka, tapi sudah menjadi kepastian yang
akan terwujud.
Seperti yang kita pahami bersama
bahwa pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia
yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam
penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui taranformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, teori-teori, taupun hal-hal yang bersifat kognitif
saja tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan sistem manajemen
tenaga pendidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong
dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk pencapaian
cita-cita dan harapan yang dimilikinya.
Kemampuan diatas tidak hanya
menyangkut hal-hal yang bersifat akademis, tetapi juga menyangkut aspek
perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta
didik. Dari sana kita dapat melihat bahwa pendidiakn yang bermutu adalah
pendidiakn yang mengahntarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis
yang diharapakn dalam kondisi perkembnagan diri yang sehat dan optimal.
Didalam
keseluruhan proses pendidikan setidaknya ada 3 (tiga) komponen pokok yang
paling menunjang dan harus dilaksanakan dalam pendidikan yaitu: program yang
baik, administrasi dan supervisi yang lancar, serta pelayanan bimbingan yang
terarah. Dari sini jelas bahwa bimbingan dan konseling mempunyai peran yang
cukup penting didalam proses pendidikan.
Sebagai salah satu komponen
penunjang pendidikan, bimbingan dan konseling mempunyai posisi kunci didalam
kemajuan atau kemunduran pendidikan. Mutu pendidikan ikut ditentukan oleh
bagaimana bimbingan dan konseling itu dimanfaatkan dan dioptimalkan fungsinya
dalam pendidikan, khususnya institusi sekolah.
Peran
bimbingan dan konseling dalam meningkatkan mutu pendidikan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, tidak hanya terbatas pada bimbingan yang bersifat
akademik tetapi juga sosial, pribadi, intelektual dan pemberian nilai. Dengan
bantuan bimbingan dan konseling maka pendidikan yang tercipta tidak hanya akan
menciptakan manusia-manusia yang berorientasi akademik tinggi, namun dalam
kepribaian dan hubungan sosialnya rendah serta tidak mempunyai sistem nilai
yang mengontrol dirinya sehingga yang dihasilkan pendidikan hanyalah robot-robot
intelektual, dan bukannya manusia seutuhnya. Dengan adanya bimbingan dan
konseling maka integrasi dari seluruh potensi ini dapat dimunculkan sehinga
keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya kognitif atau akademis saja tetapi
juga seluruh komponen dirinya baik itu kepribadian, hubungan sosial serta
memiliki niali-nilai yang dapatdijadiakn pegangan.
Jadi,
dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa peran bimbingan dan konseling didalam
meningkatkan mutu pendidikan terletak pada bagaiaman bimbingan dan konseling
itu membangun manusai yang seutuhnya dari dberbagai aspek yang ada didadalam
diri peserta didik. Karena seperti diawal telah dijelaskan bahwa pendidikan
yang bermutu bukanlah pendidikan yang hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan
dan teknologi saja tetapi juga harus meningaktkan profesionalitas dan sistem
manjemen, dimana kesemuanya itu tidak hanya menyangkut aspek akademik tetapi
juga aspek pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Peran BK
dalam keempat aspek inilah yang menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan
2.8. Peranan Bimbingan dan Konseling
dalam Pendidikan di Sekolah
Bila
tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yan utuh, maka proses pendidikan
harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai
individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya.
Bimbingan dan konseling menangani masalah – masalah atau hal – hal di luar
bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya
tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu.
Kehadiran
konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru.siswa Mereka menyatakan bahwa
konselor ternyata sangat membantu guru, dalam hal:
1. Mengembangkan
dan memperluas pandangan guru tentang masalahb efektif yang mempunyai kaitan
erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan
wawsan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar
mengajar.
3. Mengembangkan
sikap yang lebih positif agar pross belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi
masalah – masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor
dan guru merupakan suatu tim yang penting dalam kegiatan pndidikan.
2.9. Tujuan Bimbingan Di Sekolah
Layanan
bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa – siswa yang mempunyai masalah dapat
terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum, dinyatakan
bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
1. Mengatasi
kesulitan dalam belajarnya, sehinnga memproleh prestasi belajar yang tinggi.
2. Mengatasi
terjadinya kebiasaan – kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat
proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
3. Mengatasi
kesulitan – kesulitan yang berkaitan denagn kesehatan jasmani
4. Mengatasi
kesulitan – kesulitan yang barkaitan dengan klanjutan studi
5. Mengatasib
kesulitan – kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis
pekerjaan setelah mereka tamat
2.10.
Peranan
Bimbingan Dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
Pertanda
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai
jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi sebagai berikut:
1. Hasil
belajar rendah, di bawah rata – rata kelas
2. Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya
3. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas –
tugas.
4. Menunjukan
tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan
sebagainya
Dalam
kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat
memeberikan layanan sebagai berikut:
1. Bimbingan
belajar
2. Bimbingan
sosial
3. Bimbingan
dalam mengatasi masalah – masalah pribadi
2.11. Bimbingan Balajar
Bimbingan
ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah – masalah yang berhubungan dengan
kegiatan belajar baik di sekolah maupun luar sekolah. Bimbingan ini meliputi:
1. Cara
belajar, baik secara kelompok maupun individual
2. Cara
bagaimana mrencanakan waktu dan kegiatan belajar
3. Efesiensi
dalam menggunakan buku – buku pelajaraan
4. Cara
mengatasi kesulitan – kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
5. Cara,
proses dan prosedur tentang mengikti pelejaraan
2.12. Bimbingan Sosial
Bimbingan
sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan – kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga
terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi,
bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk:
1. Memperoleh
kelompok beljar dan bermain yang sesuai
2. Membantu
memperoleh persahabatan yang sesuai
3. Membantu
mendapatkan kelompok sosial untuk memechakan masalah tertentu
2.13. Bimbingan Dalam Mengatasi Masalah –
Masalah Pribadi
Bimbingan
dimaksudkan membantu siswa dalam mengatasi masalah – maslah pribadinya, yang
dapat mengganggu kegiatan belajarnya.
Ada
beberapa masalh pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat
konflik antara lain:
1. Perkembangan
intelektual dengan mosinya
2. Bakat
dengan aspirasi lingkungannya
3. Kehendak
siswa dengan orang tua atau lingkungannya
4. Kepentingan
siswa dengan orang tua atau lingkungannya
5. Situasi
sekolah dengan situasi lingkungannya
2.14.
Landasan
Umum Bimbingan Dan Konseling
Pemberian
layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu di dasarkan atas
landasan – landasan utama dan prinsip –prinsip dasar. Menurut Winkel, landasan
– landasan itu sebagai berikut :
1. Bimbingan
selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan
mempunyai potensi untuk brkembang
2. Bimbingan
berkisar pada dunia subyektif masing – masing individu
3. Kegiatan
bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatn antara bimbingan dengan yang
dibimbing
4. Bimbingan
berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing
sebagai manusi yang mempunyai hak – hak asasi
5. Bimbingan
adalah suatu kgiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang – bidang
ilmu yang berkaitan degan pemberian bantuan psikologis
6. Pelayanan
ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermaslah saja
7. Bimbingan
merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, kesinambungan,
berurutandan mengikuti tahap –tahap perkembangan anak
2.15. Prinsip – Prinsip Operasional-Umum
Bimbingan Dan Konseling
Dalam
prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan
bimbingan dan konseling. Prinsip – prinsip ini antara lain:
1. Karena
bimbingan ini berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu
2. Perlu
dikenal dan dipahami perbdaan individual daripaada bimbingan individu –
individu
3. Bimbingan
diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu
membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan – kesulitnnya
2.16.
Prinsip
– Prinsip Yang Berhubungan Dengan Individu Yang Dibimbing ( Siswa )
1. Program
bimbingan harus brpusat pada siswa
2. Pelayanan
bimbingan harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan individu yang bersangkutan
secara serba ragam dan serba luas
3. Keputusan
terakhir dalam proses bimbingan ditentukan ole individu yang dibimbing
4. Individu
yang mendapat bimbingan harus berangsur – angsur dapat membimbing dirinya
sendiri
2.17.
Prinsip
– Prinsip Khusus Yang Berhubungan Dengan Individu – Individu Yang Memberikan
Bimbingan
Konselor
di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman
dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh
semua orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah
harus dipilih atas dasar – dasar tertentu.
2.18. Orientasi Layanan Bimbingan Dan
Konseling
1.
Orientasi individual
Pada
hakikatnya setiap individu itu memepunyai perbedaan satu sama lainnya.
Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan,
sifat – sifat kepribadian yang dimiliki dan lain sebagainya. Perbedaan latar
belakang kehidupan individu ini mempengaruhi cara berfikir, cara berperasaan
dan cara menganalisis masalh dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini
harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi
perkembangan
Masing
– masing individu berada pada usia perkembangan. Setiap usaha perkembangan yang
bersangkutan mampu mewujudkan tugas – tugas perkembangan itu. Sebagai contoh
yang dikemukakan tugas – tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh
Hurlock antara lain:
a. Mampu
mengadakan hubungan –hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik
laki – laki maupun perempuan.
b. Dapat
berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki – laki atau perempuan
c. Menerima
keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik.
3. Orientasi
masalah
Pelayanan
bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang
dihadapai oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah – masalah
lain yang tidak dikeluhkan oleh kliennya.
Menurut
ibu Harnawati ada 12 masalah yang harus dilayani oleh guru bimbingan dan
konseling sebagai konselor adalah antara lain:
a. Pembimbing/
konselor dapat menguasai dirinya dalam arti kata berusaha untuk mengerti
kekurangan – kekurangannya dari prasangka-prasangka yang ada pada dirinya yang
dapat mengakibatkan rendahnya mutu layanan yang akan diberikan serta merugikan
klien.
b. Pembimbing/
konselor mempunyai serta memperlihatkan sifat rendah hati, sederhana, sabar,
tertib, dan percaya pada paham hidup sendiri
c. Pembimbing/
konselor terbuka tehadap saran atau pandangan yang diberikan padanya, dalam
hubungannya degan kententuan-kententuan timgkahn laku profesional seagaimana
dikemukakan dalam kode etik bimbingan dan konseling.
2.19. Contoh Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling
Santi(bukan
nama sebenarnya) adalah siswa kwlas 1 SMU Favorit di Surabaya yang baru naik
kelas II. Ia berasal dari keluarga petani yang sosio-ekonomi dari desa
pedalaman +17km diluar kota Surabaya, sebagai anak pertama semula orangnya
keberatan tamat SLTP anakanya melanjutkan ke SMU di Surabaya,orangtuanya
berharap agar anaknya tidak perlu susah-susah melanjutkan sekolahnya ke
kota,tapi atas bujukan wali kelas anaknya saat mengambil STTB dengan berat
merelakan anaknya melanjutkan sekolah. Pertimbangan wali kelasnya Karena Santi
terbilang cerdas di antara teman-temannya sehingga wajar jika bisa diterima di
SMU Favorit. Disatu pihak Santi bangga sebagai anak desa bisa diterima namaun
disisi lain ia mulai minder dengan teman-temannya yang sebagian besar dari
keluarga kaya dengan pola pergaulan yang berbeda dengan latar belakang santi.
Akhirnya lama-lama ia menjadi abak yang minder,pemalu serta ragu bergaul
sebagaimana mestinya. Makin lama nilai makin jatuh sehingga beban pikiran dan
perasaan makin berat,sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.
2.20. Memahami Santi dalam Prespektif
Rasional Emotif
Menurut
pandangan rasional emotif, manusia memiliki kemampuan inheren untuk berbuat
rasional ataupun tidak rasional. Apa yang dipikirkan dan atau apa yang
dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku rasional
atau irasonal. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat mudah dipengaruhi oleh
orang lain dan dorongan-dorongan yang kuat untuk mempertahakan diri dan
memuasakan diri sekalipun irasional.
Sehubungan
dengan kasus santi,sebetulnya terlahir dengan potensi unggul, ia menjadi
bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan irasional, ia
telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika
kaya,semua teman memperhatikan/mendukung, peduli dan lain-lain dan itu semua
tidak ada/didapatkan sejak di SMU, sampai pada akhirnya menginsolir diri
sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya sendiri secara realistis
berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya,
ia menjadfi minder , pemalu penakut dan akhirnya ragu-ragu
keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi.
2.21. Tujuan Dan Teknik Konseling
Jika
pemikiran Santi yang tidak logis/realistis (tentang konsep dirinya dan
pandangannya terhadap teman-temannya) itu dioerangi maka dia akan mengubahanya.
Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional santi
yang melatarbelakangi kekuatan/kecemasan yaitu konsep dirinya yang salah
beserta sikap terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa
otoritatif : memanggil santi,mengajak berdiskusi langsung untuk mendorong beranjak dari pola piker irasional
ke rasional/logis.
Konseling
kognitif :untuk menunjukan bhawa santi harus membokar pola piker irasional
tentang konsep harga diri yang salah,sikap terhadap sesame teman yang salah
jika ingin lebih bahagia dan sukses.
Konseling
emotif-evolatif untuk mengubah sistem nilai Santi dengan menggunkan teknik
penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian contoh,bermain
peran,dan pelepasan beban agar santi melepas pemikiran dan perasaan yang tidak
rasional dan menggantikan dengan yang rasional sebagai kelanjutan teknik
kognitif.
Dari
uraian di atas,dapat disimpulkan bahwa teori yang menggunakan ini memakia
nasehat yang ditandai dengan memecahkan masalah dengan intelektual dan
keyakinan(konselor). Tekniknya jelas,teliti, makin melihat/menyadari pikiran
dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri yang membawa
kehancuran kepada dirinya sendiri. Tetapi keyakinan dan kesadaran kepada diri
sendiri hal-hal yang yang lebih positif dan realistic. Terapis mengajarkan
klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat
eklektis dengan pertimbangan :
1. Ekonomis,
dari segi waktu baik bagi konselor maupun bagi konseli
2. Efektivitas
teknik-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli
3. Kesegaran
hasil yang dicapai
4. Kedalaman
dan tanah lama serta dapat dipakai konseli untuk mengkonseling dirinya sendiri
kalah.
2.22.
Bimbingan
Konseling dalam Jalur Pendiidkan Formal
Perkembangan Pendidikan Formal
Perkembangan
pendidikan formal dinegara kuta dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya
perubahan kurikulum dan perubahan peraturan dan perndangan-undangan.
Perubahan-perubahan itu berdampak pula pada layanan bimbingan dan konseling
dalam jalur pendidikan formal.
Berbagai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku saat ini (di antaranya , UU
sistem pendidikan nasional No 20/2003 Permendiknas No 23/2006 ,dll) telah
dikaji sedemikian rupa dalam rangka menjawab perkembangan pendidikan dan
melakukan penataan konselor sebagai profesi dan layanan bimbingan dan konseling
dalam jalur pendidikan formal. Dari setiap isi dan penjelasan peraturan dan
perundang-undnagan yang berlaku tidak menjelaskan secara jelas dan tegas
tentang keunikan konteks tugas,eskprementasi kinerja, dan setting layanan
konselor dalam jalur pendidikan formal.
Sementara
itu dalam Permendiknas nomor 22/2006 tentang standar isi pendidikan ditemukan
adanya komponen pengembangan diri dan itu dikaitkan dengan “konseling” itu bisa
ditafsirkan bahwa konselor harus menyampaikan materi pengembangan diri melalui
layanan bimbingan konseling serta dipertanggung jawabkan melalui penilaian pada
tiap akhir penyampaian kegiatan,sehingga berdampak menyamakan ekspektasi
konselor dengan eskpektasi kinerja guru yang menggunakan materi pembelajaran
sebagai konteks layanan. Sehingga menuntut konselor untuk melakukan tugas-tugas
dengan pendekatan dan caraseperti yang dilakukan guru,padahal basis kinerja
guru adalah pembelajaran bidang studi.
Untuk
itulah perlu adanya penataan yang lebih jelas bimbingan dan konseling sebagai
layanan yang unik dalam setting pendidikan dan konselor sebagai profesi.
Penataan ini pun perlu dilakuakan secara menyeluruh tidak hanya menyentuh
persoalan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan dasar,tapi menyentuh
setiap jenjang, satuan dan jalur pendidikan. Bahkan perlu penataan pada LPTK
yang menyelenggarakan jurusan atau program psikologi pendidikan dan bimbingan.
2.23.
Setting
Layanan Konselor
Setting
layanan konselor dapat dilakukan pada jalur pendidikan informal,formal dan
nonformal. Penegasan peranan konselor dalam setting pendidikan formal ini bukan
bermaksud untuk melakukan dikotomi dan isolatif antar konselor dengan guru tapi
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
2.24. Wilayah Layanan Bimbingan dan
Konseling
Wilayah
layanan adalah wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan. Layanan yang
memberikan tidak berbasis pada materi pelajaran atau bidang studi tetapi
memiliki layanan yang unik berbeda dengan profesi guru. Konselor melayani
konseli normal dan sehat menggunakan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
sesuai dengan tuntutan dan realisasi diri konselu melalui memfasilitasi
perkembangan kapastiasnya secara maksimal.
2.25.
Ekspektasi
Kinerja Konselor
1.
Memiliki tingkat filosofi yang khas yang
dibangunnya sendiri berdasarkan apa yang ia ketahui dari hasil penelitian dan
pendapat dari ahli lain.
2.
Selalu digerakkan oleh motif altruistic
dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang empatik, menghormati keragaman,
serta mengedepankan kemaslahatan pengguna layanan, yang dilakukan dengan selalu
mencermati kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak layanannya itu
terhadap pengguna layanan sehingga pengampu layanan ahli itu juga dinamakan
“The safety practitioner”.
2.26.
Eksistensi
Program Bimbingan Dan Konselor Pada Pendidikan Formal SMP/MTs
Eksistensi
program bimbingan dan konseling pada pendidikan formal di SMP sudah diakui
keberadaanya, hal ini terbukti dari dikeluarkannya Peraturan Mendiknas No.22
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Mendiknas No.23
tentang Standar Kompetensi Kelulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Untuk mengatur pelaksanaan pengaturan tersebut pemerintahan
mengeluarkan pula Peraturan Mendiknas No.24 tahun 2006.
Dari ketiga peraturan tersebut
memuat hal-hal penting diantaranya bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah
mengembangkan dan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah yang kemudian dipopulerkan dengan istilah KTSP . di dalam KTSP ,
struktur kuikulum yang dikembangkan mencakup tiga komponen yaitu;
1.
Mata Pelajaran
2.
Muatan Lokal
3.
Pengembangan Diri
Dalam
komponen Pengembangan Diri sebagaimana dalam KTSP merupakan wilayah
komplementer antara guru dan antelor. Eksistensi program bimbingan dan
konseling pada pendidikan formal di SMP usdah cukup berjalan dengan baik, hal
ini terbukti dengan sudah berjalannya layanan-layanan pada bimbingan dan
konseling.
Mengingat
para pesesrta didik di SMP sebagian besar adalah remaja awal yang memliki
karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Adapun
tugas-tugas perkembangan peserta didik di SMP tersebut adalah sebagai berikut
antara lain:
1.
Tugas Perkembangan diri sebagai remaja
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa meliputi topic-topik;
·
Memahami secara lebih luas dan
mendalam, meyakini dan menjalankan
kaidah-kaidah agama yang dianutnya (Bimbingan Pribadi).
·
Memahami, menjalankan, hubunga social
berdasarkan kaidah-kaidah agama yang dianut (Bimbingan Sosial).
·
Memahami dan mewujudkan
kegiatan-kegiatan belajar sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama (Bimbingan
belajar).
·
Memahami dan menjalankan kaidah-kaidah
agama dalam pengarahan diri untuk pengembangan karier.
2.
Tugas Perkembangan mempersiapkan diri,
menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis
yang terjadi pada diri untuk kehidupan yang sehat, meliputi topic-topik;
· Memahami
dan menerima perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri
(Bimbingan Pribadi ).
· Memahami
dan menjalankan pola hidup sehat (Bimbingan Pribadi).
· Memahami
bahwa perubahan fisik dan psikis mempengaruhi hubunga social serta bersikap
empati kepada orang lain yang sedang mengalami prubahan fisik dan psikis
(Bimbingan Sosial).
· Memahami
pengaruh perubahan fisik dan psikis terhadap kegiatan belajar serta mampu
mengatasi kesulitan yang terjadi akibat perubhaan fisik dan psikis dalam
kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
· Memahami
bahwa kondisi fisik dan psikis mempengaruhi pengembangan persiapan karier serta
mengembnagkan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk pengembangan karier
(Bimbingan Karier).
3.
Mencapai pola hubungan yang baik dengan
teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
· Memahami,
menerima dan menjalankan peran pribadi dalam kelompok sebaya sebagai pria atau
wanita (Bimbingan Pribadi)
· Mampu
menjalin hubungan social dengan teman sebaya sesuai perannya sebagai pria atau
wanita (Bimbingan Pribadi)
· Mewujudkan
pengaruh positif dan menghindar pengaruh yang negative dari hubungan teman
sebaya terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
· Memanfaatkan
hubungan teman sebaya dalam upaya pengembangan persiapan karier dan memahami
bahwa priadan wanita mempunyai kedudukan yang sama dalam bekerja dan
mengembangkan karier.
4.
Tugas perkembangan; memantapkan nilai
dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan social yang lebih
luas.
· Memahami
dan menjalankan nilai dan cara
bertingkah laku pribadi dalam kehidupan di luar kelompok sebaya (Bimbingan
Pribadi)
· Mmemahami
dan mampu menerapkan nilai-nilai dan cara berprilaku social dalam kehidupan di
luar kelompok sebaya (Bimbingan Sosial)
· Memahami
pengaruh hubungan dalam kehidupan social yang lebih luas terhadap kegiatan
belajar serta mewujudkan pengaruh positif dan menghindari pengaruh negative
dari hubungan dalam kehidupan social yang lebih luas terhadap kegiatan belajar.
5.
Mengenal bakat,minat, serta arah
kecenderungan karier dan apresiasi seni.
·
Memahami kemampuan, bakat dan minat yang
dimiliki dan arah kecenderungan karier sesuai dengan bakat dan minat (Bimbingan
Pribadi)
·
Mengenal aspek-aspek social terhadap
kemauan, bakat dan minat (BimbinganSosial)
·
Memahami aspek-aspek social dalam
pengembangan karier dan dalam apresiasi seni (Bimbingan Sosial)
·
Memahami pengaruh positif kemampuan,
bakat dan minat sendiri terhadap kegiatan belajar (Bimbingan Belajar)
·
Memahami pengaruh kemampuan, bakat dan
minat terhadap karier (Bimbingan Karier)
·
Mampu mengarahkan kecendderungan karier
sendiri sesuai dengan kemampuan , bakat dan minat (Bimbingan Karier)
·
Mampu mengapresiasi berbagai jenis
karier dalam bidang seni (Bimbingan Karier)
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan layanan bimbingan dan
konseling dalam pendidikan erat dengan hakikat makna dan fungsi pendidikan
dalam keseluruhan aspek pendidikan. Selain itu, kebutuhan layanan pendidikan
juga berkaitan dengan pandangan hakikat dan karakteristik peserta didik.
Hadirnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita
memandang bahwa pendidikan merupakan upaya mencapai perwujudan manusia secara
keseluruhan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup
disekolah. Pendidikan juga bermakna proses membantu individu baik jasmani dan
rohani kea rah terbentuknya kepribadian utama (berkualitas). Inti tujuan
pendidikan adalah terwujudnya kepribadian yang optimal dari setiap peserta
didik. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan hendaknya
diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai
potensi dan karakteristiknya masing-masing. Guna mewujudkan pribadi yang
berkembang optimal, kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh dan
meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara pribadi
memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Dalam
kaitan ini bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pendidikan yaitu membantu setiap pribadi peserta didik agar berkembang secara
optimal.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Wardati dan
Jauhar Muhammad. 2011. Implementasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia.
Bandung: ABKIN.
Yusuf
Syamsu dan Nurihsan Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment